Entah kebodohan dari mana hingga hati bisa percaya pada
orang yang bahkan belum
setengah tahun dikenal.
setengah tahun dikenal.
Entah mantra apa yang diucapkan hingga dia dengan mudah
mendapatkan semuanya.
Entah perbuatan macam apa yang bisa membuatnya selalu
termaafkan.
Ya, selalu kata entah-entah-dan entah. Karena semua itu
terlalu rumit untuk terjawab.
Komitmen diri untuk tak mengenal cinta selalu terjaga,
hingga akhirnya harus benar-benar rusak karena kehadirannya.
Diri terpaksa merelakan hati tuk dimilikinya, terpaksa pula
merelakan diri untuk menghianati komitmennya
sendiri.
Komitmen menjaga hati itu, kini berubah menjadi komitmen
untuk menjaga hubungan. Hubungan dengan penuh keseriusan selalu dilakukannya.
Tak peduli malu, harga diri yang terinjak-injak, dan luka yang selalu menyayat,
semua rela dilakukan demi keseriusan hubungan. Karena diri tahu, itulah yang
harus dibayar untuk sebuah komitmen yang tergadaikan.
Ketika diri dengan berani-beraninya memutuskan untuk
berhubungan yang pertama kali, maka diri harus membayarnya dengan sebuah
keseriusan dalam berhubungan. Itulah harga yang harus terbayar dari
tergadaikannya komitmen.
Tapi apa ?
Baru beberapa bulan, diri itu telah dirusaknya, dinodainya. Cinta
tulus dan sucinya dinodai dengan penghianatan. Ehm maaf, bukan noda. Karena
noda biasanya hanya kecil dan sedikit. Tapi sebuah pengrusakan terhadap
kepercayaan.
Ya, kepercayaan yang diberikan dihancurkannya menjadi sebuah
kepingan kaca yang sulit tersatukan.
Tapi, ketika airmata penyesalannya menjadi
perekatnya maka kepingan itu mampu menjadi satu kembali walau kondisinya sudah
tak lagi seperti semula.
Kepercayaan itu hadir lagi, hadir bukan karena alasan dia.
Tapi lagi-lagi karena komitmen. Komitmen untuk menjaga hubungan. Hanya itu yang
diri ini pegang. Komitmen kepada dirinya sendiri untuk menjaga hubungan apapun
yang terjadi.
Tapi apa ?
Kepercayaan itu pecah lagi. Gabungan kepingan kaca yang
belum tersambung sempurna kini benar-benar hancur lebur karena harus terbanting
lagi yang kedua kalinya. Lalu bagaimana kalian berpikir bahwa kepingan itu bisa
tersambung? Tidak harus sempurna dan seperti semula, tapi paling tidak tidak
terserak sia-sia. Tapi bisakah itu terjadi?
Tapi tidak buat diri ini, semua itu memang tak akan pernah
seperti semula, apalagi sempurna seperti sedia kala, tapi hati ini berusaha
untuk memaafkan. Bukan memaafkannya, tapi memaafkan semua hal yang terjadi
termasuk orang yang hadir dalam kejadian itu. Ya, hanya itu yang bisa diri ini
lakukan. Selain seraya terus berdoa agar hati bisa dengan ikhlas memaafkan.
Karena tidak terpungkiri, ini masih terlalu sulit untuk dimaafkan dan
diikhlaskan.
Diri hanyalah manusia biasa,
Dengan segala kerendahan hati, diri ini memohon kepada
sahabat-sahabat pembaca semua untuk mendoakan agar diri ini bisa mengikhlaskan.
Amiin...
Terimakasih sebelumnya atas doa dan telah meng’AMIN’kan doa
ini.
0 komentar:
Posting Komentar