Senin, 27 Oktober 2014

Menunggu (?)

Menunggu (?)
Entah bagaimana aku bercerita, entah pada siapa aku bercerita, tapi seperti tak ada yang berminat sekedar untuk mendengarnya. Bahkan ada yang menganggapnya seperti sebuah realita yang dilebih-lebihkan.
Bukan salah mereka berpendapat, kenyataannya pun aku memang berlebihan.
1 pelajaran kuperoleh dari tawa riang seorang anak kecil sore ini. Dia tidak mengerti apapun yang terjadi, apapun yang dilihat, tapi dia bisa mentertawai hal itu. Hal yang sama sekali tidak ada maknanya untukku, bahkan dia sendiripun tak tahu itu apa saat aku menanyakannya. Dia hanya bilang, “ini lucu” lalu tertawa lagi.
Anak kecil tak pernah bohong, apalagi berpura-pura. Jika sesuatu itu memang lucu, kenapa tidak tertawa? Tapi, jangan lupakan bahwa anak kecil pun juga punya kesedihan. Dia juga menangis ketika sesuatu yang disukai hilang darinya. Dia sedih. Walau janji akan dibelikan yang baru, tapi ternyata dia tidak mau. Hanya karena alasan, “itu masih bagus, dan aku maunya yang itu.”
Cerita mungkin memang tak selalu didengar. Apalagi mereka bilang, aku terlalu banyak omong, melebih-lebihkan, dan  tidak tahu diri. Ada yang juga yang bilang, aku terlalu diam saat mereka bertanya kenapa. Aku hanya menangis namun bungkam saat mereka menghampiri dan bertanya kenapa. Mereka semua benar, sekali lagi, mereka benar. Aku memang banyak omong tentang banyak hal yang tidak mereka mengerti, melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya sangat kecil, tidak tahu diri siapa aku berani-beraninya seperti itu. Mereka benar aku diam, hanya menangis. Tapi saat mereka datang menghampiri dan bertanya kenapa, aku justru bungkam. Tak ada satu kata pun yang terucap dari mulutku. Aku hanya memeluk mereka erat, lalu menangis di pelukan mereka. Hanya itu yang aku selalu lakukan. Tidak pernah berubah.
Kuceritakan semuanya pada-Mu Allah, pada-Mu yang tak hanya mendengarkan, memberi saran,dan menguatkan, tapi juga membantu menyelesaikan. Tak hanya memeluk dan mendekap, tapi juga menguatkan dan menuntunku. Tetaplah seperti ini. Izinkan aku untuk selalu menangis di sujud dan pangkuan-Mu di setiap lima waktu dalam setiap hariku, Allah. Tapi aku juga butuh mereka, walau sekedar untuk menemaniku. Aku ingin mereka ada di sisa kurang dari 7 bulan ini. Sebelum kita berpisah dan aku menyesalinya.
Aku hanya ingin seperti anak kecil itu, yang selalu tertawa dan tersenyum walau tidak mengerti apa-apa. Izinkan aku untuk selalu tersenyum dan tertawa walau aku tak mengerti apa-apa tentang rencana-Mu hari ini dan esok. Seraya berharap akan selalu ada senyum yang terhias dariku esok.
Aku menunggu, menunggu, menunggunya.
Aku menunggunya, masih menunggu. . . J
18 Oktober 2014, Rumah Sejuk-Mu, Senja hari

0 komentar:

Posting Komentar