Kebodohan hanyalah kebodohan. Tak
akan berubah jika masih tetap berada dalam kebodohan itu. Melepas kepergianmu
sulit memang. Apalagi meembiarkanmu memilih dia yang salah. Bukan karena dia buruk tapi karena dia tak punya keseriusan sepertiku yang menseriusimu.
sulit memang. Apalagi meembiarkanmu memilih dia yang salah. Bukan karena dia buruk tapi karena dia tak punya keseriusan sepertiku yang menseriusimu.
Terkadang aku kasihan padamu
melihat matamu yang berkaca-kaca setiap pagi. Menyiksaku memang karena
seseorang yang ingin kubahagiakan justru harus kulihat matanya sembab setiap
pagi. Katakan padaku, apa yang bisa aku lakukan untukmu. Karena memang tak
pernah ada yang bisa aku lakukan. Semuanya hanya akan sia-sia ketika aku tahu
lagi-lagi kamu pilih dia.
Tak ada maksudku untuk membuatmu
kembali tapi aku hanya ingin kamu tahu aku tidak rela melihatmu memilih yang
salah.
Ya terserahlah, aku percaya suatu
saat kamu akan menyadarinya. Menyadari kehadiranku saat ini. Maaf jika ternyata
aku sudah benar-benar pergi dari hidupmu.
Maaf juga jika sampai saat ini
aku masih membencimu.
Aku membencimu karena aku benci,
aku benci mencintaimu orang yang dengan bodohnya justru memilih dia yang salah.
Maaf, bukan maksudku menghindar.
Aku hanya belum bisa mengontrol kebencianku saat didepanmu. Karena itu, aku
memilih menghindar. Karena aku tak mau kamu tahu kebencianku.
Aku tak mau menampakkan
kebencianku di depanmu.
Jangan buang-buang waktu untuk
mengucap “maaf” dan “terima kasih”. Karena untuk saat ini itu adalah dua kata
yang amat aku benci. Dan karena aku pun juga tak akan buang-buang waktu untuk
memaafkanmu.
Untuk saat ini tak ada yang bisa
dimaafkan dari seorang penghianat.
Biarlah waktu yang memaafkanmu.
0 komentar:
Posting Komentar