Sabtu, 27 September 2014

Tapi, Bukan Sahabat.....


entah pikiran darimana ini, tapi yang jelas ini adalah kesalahan terbesarku.
berpikir bahwa mereka telah pergi menjauhiku, padahal tak sesenti pun mereka meninggalkanku.

hanya aku, sikapku, dan pikiranku sendiri tentang mereka lah yang membuatku seperti ini.
aku seolah buta, bahwa mereka juga punya perasaan mengapa aku mengalami perubahan.
kini aku sadar, kehidupanku bukan hanya tentang aku, tapi juga tentang mereka. mereka yang selalu ada buatku.



dulu mungkin aku memang pernah terluka karena sahabat. ditinggal pergi saat mereka memberi keindahan janji betapa indahnya sebuah persahabatan.
dulu aku bahkan lupa rasanya sedih ketika aku bersama mereka itu. hingga suatu saat kusadari mereka membuat suatu hal yang membuatku merasa tersakiti, amat tersakiti. mereka tak kan pernah merasakannya, karena bagi mereka mungkin persahabatan itu hanya sebuah ilusi. tapi bagiku, itu adalah sebuah keindahan sejati. aku bahkan merendahkan diriku memohon mereka jangan meninggalkanku, tapi apa yang mereka lakukan? mereka tak peduli dan hanya diam, lalu pergi begitu saja tapa peduli hati yang terluka. apa yang aku bisa saat itu, ya... bodohnya aku, aku justru hanya diam dan menangis, berusaha mengembalikan mereka. padahal aku sudah tahu betapa jahatnya mereka. tapi, yaa... itulah aku. bodoh memang.

luka memang tak selamanya luka, setelah itu aku tak mau mengenal lagi yang namanya SAHABAT. bagiku mereka hanyalah sebuah kata ilusi, yang hanya menjadi simbol sebuah hubungan pertemanan.
aku mulai berpikir, dalam duniaku persahabatan itu tak pernah ada. yang ada hanyalah pertemanan, perkawanan, dan persaudaraan. itulah keindahan sebuah hubungan sesungguhnya.

setelah luka itu, ak merasa tak ada yang indah lagi dalam dunia pertemananku. hingga akhirnya aku berada di suatu fase, dimana aku mulai beranjak dewasa, tapi belum dewasa. disinilah awal cerita kebahagiaan tentang persahabatan itu aku mulai.
aku masih tak percaya sahabat, aku hanya menjalani keindahan ini sebagai pertemanan. hingga akhirnya aku benar-benar merasa bahagia dengan mereka.
seolah semua luka, sakit, kecewa, dan segala rasa yang tak kutahu namanya menjadi sesuatu hal yang memang harus dibayarkan untuk keindahan ini. dari sini aku tersadar, bahwa masih banyak rahasi indah Tuhan untuk kehidupanku.
aku sadar, luka 6 tahun itu lah yang harus aku bayarkan untuk kebahagiaanku ini.

sekarang, saat aku merasa mereka pergi dan seolah menghilang dari kehidupanku, itulah adalah kesalahan terbesar dalam pikiranku. kenyataanya mereka tak pernah sesentipun pergi dariku. mereka lah manusia kedua penguat tubuh rapuhku setelah ibuku.
terimakasih kawan,
aku sadar aku salah, dan mohon maafkanlah...

#sengaja tak menyebut kalian sahabat, karena bagiku kalian lebih dari itu.

4 komentar:

  1. tetep positif thingking, Kawan. Cerita Tuhan pasti indah pada akhirnya. :)

    BalasHapus
  2. Ya, Tuhan memang selalu benar dengan rencana-Nya...

    BalasHapus
  3. Tuhan selalu punya rencana terbaik bagi hamba-Nya

    BalasHapus
  4. ya, anda benar. dan saya masih menunggu rencana terbaik itu...

    BalasHapus